Karya seni & Macamnya

Seni Pantomim

OKEZONE.COM — Banyak cara dilakukan seniman untuk menuangkan aktualisasi dan gairah seni yang mengalir di dalam diri, seperti dari menghelat pementasan seperti drama, teater, tari, pameran lukisan atau bisa pula dengan menuangkan ide-ide kreatif dalam sebuah karya kriya.
Seperti seni patung ataupun dengan keramik.Kesenian-kesenian seperti itu masih sangat banyak diminati seniman.Hal itu bertolak belakang dengan semakin tenggelamnya pantomim, khususnya di Jakarta. Seni pertunjukan yang hanya dipentaskan dengan gerak-gerik melalui bahasa tubuh dan cenderung bisu ini oleh Aristoteles disebut sebagai pantomim.
Bahkan, pantomim telah dikenal sejak zaman Mesir Kuno.Kemudian, dalam perkembangannya menyebar ke Yunani.Diketahui, teori pantomim bermula dari temuan-temuan pada reliefrelief candi dan piramida.
Seni pantomim semakin dikenal banyak bangsa di dunia, terutama melalui industri film bisu (silent movie).

Dekade 1900-an berbagai bentuk ekspresi dan gerak yang paling terbaru dikembangkan dengan serius. Tahun 1927 sebagai era tanpa kata. Hal ini ditandai dengan banyaknya aktor yang menguasai seni pantomim, seperti dari Amerika Charles Spencer Chaplin atau Charlie Chaplin (1889-1977).
Di Indonesia sendiri, tahun 1970-an, Sardono W Kusumo-- penari klasik Jawa sekaligus koreografer--menampilkan sketsa-sketsa masyarakat yang berbentuk pantomim, di mana tidak tampak lagi bentuk tariannya,kecuali gerak berbentuk stilisasi bukan tari. Di sini penampilan diisi berbagai gerak dengan penuh emosi, konsentrasi dan motivasi.
Sejak itulah,seni yang identik dengan gerak tersebut semakin dikenal luas di masyarakat. Sejak itu,bermunculanlah seniman-seniman yang tampil dengan seni pantomim, seperti di Yogyakarta terkenal Moortri Poernomo, Zulhamdani, Deddy Ratmoyo hingga Jemek Supardi.
Di Jakarta sendiri, saat itu telah muncul pula seniman-seniman pantomim seperti Sena dan Didi Petet yang berhasil mementaskan puluhan karya. Hingga muncullah aktor pantomim muda seperti Septian Dwi Cahyo yang dianggap sebagai generasi terakhir aktor pantomim yang cukup dikenal di Jakarta.
Seiring semakin majunya perkembangan dunia pertunjukan, tidak banyak lagi seniman berani mementaskan pertunjukan pantomim.Bahkan di gedung-gedung kesenian di Jakarta, sangat jarang sekali menggelar pertunjukan pantomim, yang merupakan salah satu seni pertunjukan yang pernah jaya di negeri ini pada era 1980-an.
"Pantomim dulu memang pernah jaya di Indonesia dan mulai tenggelam ketika muncul banyak tarian seperti break dance yang disenangi anak-anak muda pada saat itu," kata aktor pantomim era 1980,Septian Dwi Cahyo. Dekade 1990-an,eksistensi seni pertunjukan pantomim mengalami pasang-surut,hanya beberapa tokoh yang selalu setia menghidupi pantomim seperti, Moortri Poernoma, Jemek Supardi,dan Deddy Ratmoyo.
Kendala yang dihadapi pantomim pada saat itu,menurut Septian yang juga terkenal dalam film-film layar lebarnya, adalah sulitnya mencari media yang mau menampilkan sebuah pertunjukan pantomim."Kalau dulu sulit mencari media untuk berpromosi.Itu pula yang membuat pantomim pernah kalah bersaing dengan jenis seni pertunjukan lainnya,"terang dia.
Namun tahun ini, Septian mengaku cukup optimistis, menyikapi perkembangan pantomim di Indonesia. Menurut dia, pantomim sudah mulai dibangkitkan kembali, entah itu melalui teater anak-anak hingga teater profesional dengan aktor-aktor kawakan."Sekarang sudah sangat banyak media televisi yang bisa menjadi tempat berpromosi.
Selain itu,kejenuhan penikmat seni terhadap pementasan yang monoton membuat pantomim kembali dilirik," kata Septian yang mengaku masih sering tampil dengan pantomim dalam acara-acara khusus. Angin segar untuk kembali munculnya pantomim sebagai seni pertunjukan yang digemari masyarakat menurut Septian sudah mulai terasa.
Karena untuk menguasai sebuah seni teater dan drama, aktor teater harus bisa menguasai seni berpantomim terlebih dahulu. "Pantomim adalah latihan dasar bagi setiap aktor teater untuk bisa tampil dengan maksimal. Sebenarnya semua aktor teater bisa berpantomim. Itu membuat saya yakin tahun ini merupakan tahun yang cerah untuk pantomim,"kata dia.
Berbeda dengan Septian Dwi Cahyo, Sutradara Teater Tanah Air Jose Rizal Manua mengaku, untuk bisa membangkitkan kembali pantomim menjadi seni pertunjukan yang digemari masyarakat,yang harus dilakukan sekarang adalah memunculkan tokoh-tokoh dan pelaku pantomim itu sendiri.
Karena sejauh ini,Jose mengaku belum melihat munculnya tokoh untuk menggerakkan pantomim itu kembali. "Yang paling sulit dari kondisi pantomim Indonesia sekarang adalah tidak ada lakon yang memainkannya. Sebenarnya bisa saja aktor teater ditarik untuk bermain pantomim,tapi tetap saja minatnya tidak banyak,"kata dia. (sindo//fit)

(Sumber OKEXONE.COM,

1 komentar:

Terima kasih Atas partisipasinya